Kamis, 22 Mei 2014

Laporan Tutorial Sistem Persepsi Sensori ''KATARAK"



LAPORAN LENGKAP TUTORIAL
SISTEM PERSEPSI SENSORIK
“PENGLIHATAN BERKABUT”
 




Oleh :
Maria Immaculata C.B.            Sevana Christina Mayaut
Zainuddin Pattiiha                              Krispinus Daru
Fatri Darmansyah                               Kristina Vinolia Febriana
Fredirikus Carlokum                Hendranus Suprianto
Irmawati M.                                        Valentina Rumlus                    

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2014
SKENARIO

Tn. B umur 65 tahun mengunjungi Poliklinik Mata dengan keluhan mata penglihatan tampak berkabut, fotophobia, diplopia pada satu mata, disertai dengan pengeluaran air mata yang terus-menerus, pandangan lebih jelas pada malam hari. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. Ketajaman penglihatan menurun, klien mengeluh tidak bisa membaca dan hanya melihat samar-samar klien terganggun dengan matanya, dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa, klien meggunakan kaca mata sejal 12 tahun lalu. Klien menanyakan jenis makanan terbaik bagi penyakitnya.
Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu adalah 240 mg/dl, saat dikonfirmasi ternyata klien mempunyai riwayat DM 7 tahun lalu.  Saat dilakukan pemeriksaan oleh Opthalmologist ditemukan hilangnya refreks merah dan terlihat gambaran opaque pada  lensa. Kondisi ini dialami oleh kedua mata. Opthalmologis merencanakan dilakukan operasi setelah Gula Darahnya stabil.







Step 1 :
Klasifikasi istilah-istilah sulit
1.       Fotophobia (Photophobia)
Intoleransi yang abnormal terhadap cahaya seperti pada kelainan inflamatorik mata atau sistem saraf. Atau rasa tidak nyaman (mata) saat melihat cahaya terang.
2.       Diplopia
Suatu gangguan penglihatan dimana objek terlihat ganda.
3.       Opthalmologist
Dokter yang mengkhususkan dirinya untuk pemeriksaan mata (spesialis mata).
4.       Refleks Merah
Pemeriksaan opthalmoskopis yaitu dengan melihat refleks merah didalam manik mata/pupil. Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat refleks merah pada pupil yang merupakan refleks retina yang terlihat melalui pupil dan sebaliknya.
5.       Gambaran Opaque
Gambaran yang tidak tembus pandang.
6.       Lensa Mata (Lens) adalah struktur avaskuler, bikonveks, dan transparan dalam mata yang bisa berubah bentuknya untuk menfokuskan cahaya pada retina.
7.       GDS (Gula Darah Sewaktu)
Hasil pengukuran kadar glukosa dalam darah yang dinilai pada suatu waktu (tanpa instruksi dipuasakan). GDS normal = 140 mg/dl
8.       DM (Diabetes Melitus)
Penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin dalam darah atau penurunan efektivitas kerja insulin.


Klarifikasi kata-kata kunci
1.       Tn.  B usia 65 tahun
2.       Penglihatan tampak berkabut, fotophobia, diplopia pada satu mata, disertai dengan pengeluaran air mata terus-menerus
3.       Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
4.       Ketajaman penglihatan menurun
5.       Klien mengunakan kaca mata sejak 12 tahun lalu
6.       Hasil pemeriksaan GCS = 240 mg/dl
7.       Klien menpunyai riwayat DM 7 tahun lalu
8.       Pemeriksaan oleh Opthalmologist ditemukan hilangnya refleks merah dan terlihat gambaran Opaque pada kedua lensa.
9.       Rencana Operasi



Step 2 :
Masalah utama/problem kunci
Katarak
Pertanyaan :
1.       Mengapa orang berusia lanjut cenderung mengalami katarak ?
2.       Mengapa orang dengan katarak, lensa mata berubah seperti kaca susu ?
3.       Apa hubungan penyakit DM dengan Katarak (sertakan jurnal minimal 2) ?
4.       Bagaimana pemeriksaan untuk ketajaman penglihatan dan bagaimana prosedur atau langkah-langkah melakukan pemeriksaan ?
5.       Bagaimana penatalaksanaan diet pada pasien katarak dengan riwayat DM ?
6.       Bagaiman prosedur pemeriksaan GDS ?
7.       Apa interprestasi atau makna dari hasil pemeriksaan oleh Opthalmologist ?
8.       Pada kondisi bagaimana pasien katarak dapat dilakukan operasi dan bagaimana prosedur penatalaksanaan operasi ?
9.       Buatlah pengkajian dan analisa data dasar pada Tn. B ?
10.    Buatlah penyimpangan KDM Tn. B ?
11.    Buatlah rencana ASKEP pada Tn. B ?
12.    Buatlah implementasi dan evaluasi pada Tn. B ?


Step 3 :
Jawaban step 2
1.     Orang berusia lanjut cenderung mengalami katarak karena :
Katarak adalah keadaan dimana lensa menjadi keruh atau kehilangan transparansinya, supaya mata dapat berfungsi dengan baik memerlukan lensa yang bening atau transparan dan lentur atau elastis. Lensa berfungsi sebagai media refraksi yang berperan secara pasif dalam proses akomodasi sehingga sinar yang melalui  kornea dan humor akous dapat difokuskan diretina dan menghasilkan tajam penglihatan yang baik. Dengan bertambahnya usia, sifat transparansi lensa ini dapat menurun oleh karena lensa mengalami perubahan ikatan struktur enzim dan penguningan inti sehingga terjadi peningkatan kekeruhan inti lensa.
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh dengan bertambahnya usia maka, ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru dan berkurang kebeningan lensa. Meningkatnya derajat kekeruhan inti lensa juga berhubungan dengan rendahnya kadar enzim glutation reduktase. Semakin lanjut usia kadar enzim glutation reduktase akan semakin menurun, dan semakin keruh lensa inilah yang mengakibatkan mengapa lansia cenderung mengalami katarak.
2.     Orang dengan katarak, memiliki lensa mata berubah seperti kaca susu karena :
Katarak adalah kerusakan pada mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak mampu menembusnya. Dalam perkembangan katarak terkait dengan usia, katarak dapat menyebabkan miopi.   Proses perkembangan katarak, pertama terjadi keburaman dalam lensa.
Keburaman dalam lensa dapat mengurangi persepsi warna biru, kemudian pembengkakan lensa, lalu penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Seiring waktu, lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan glukoma.


3.     Hubungan penyakit DM dengan Katarak (sertakan jurnal minimal 2) adalah :
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia (peningkatan glukosa dalam darah yang berlebihan) akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan resistensi seluler terhadap insulin. Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolik DM lainnya akan menyebabkan kerusakan jaringan dan organ, seperti di mata.
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos masuk ke dalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sarbitol, yang tidak dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa.
Selain itu, perubahan sarbitol menjadi fruktose relative lama dan tidak seimbangan sehingga kadar sarbitol dalam lensa mata meningkat. Disusun dalam hipotesa bahwa sarbitol menaikan  tekanan Osmose Intraseluler dengan akibat meningkatnya Water Up Take dan selanjutnya secara langsung maupun tidak langsung membentuk katarak.
Selain itu dalam beberapa penelitian diantaranya yang dilakukan oleh :
Rijal rasyid, Rasdi nawi, H.A. Zulkifli dengan judul Penelitiannya, “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Katarak Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar (BKMM)” pada tahun 2010. Kelainan Metabolik pada mata, ini dimaksudkan oleh adanya peningkatatan glaukosa darah atau hiperglikemi dan disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, saraf dan pembuluh darah.


Pada orang yang menderita Diabetes Mellitus struktur matanya dapat terkena oleh akibat penyakit Diabetes Mellitus dan dapat mengakibatkan terjadinya katarak ini diakibatkan oleh adanya dehidrasi yang lama pada kapsul lensa yang juga mengakibatkan terjadinya kekeruhan pada lensa mata.dari penelitian ini tergambar adanya keterhubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian katarak.
Oleh Riskawati dengan judul penelitian “Hubungan Antara Kejadian Katarak Dengan Diabetes Melitus Di Poli Mata RSUD dr. Soedarso Pontianak” Pada Tahun 2012. Dalam hasilnya mengatakan bahwa : Diabetes melitus merupakan suatu kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal.
Penderita diabetes melitus akan memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi dibanding orang normal. Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah komplikasi kronik mikrovaskular yang dapat menyerang mata. Penelitian ini juga dikung oleh Hasil penelitian dari Beaver Dam Eye Study menunjukkan adanya hubungan antara diabetes melitus dengan katarak.
Studi ini menyatakan bahwa insiden dan perjalanan penyakit katarak posterior subkapsular dan kortikal berhubungan dengan diabetes. Studi ini juga menyatakan peningkatan kadar hemoglobin terglikosilasi berhubungan dengan meningkatnya resiko untuk mengalami katarak nuklear dan kortikal.
4.     Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan Prosedur (langkah-langkah) dalam melakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Di kalangan refraksionis (ahli pemeriksaan refraksi mata) dan kedokteran mata, dikenal dengan istilah uji visus dasar (visus = tajam penglihatan). Pada prinsipnya, uji visus ini adalah upaya untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dan menilainya dengan dibandingkan penglihatan normal.  Jadi, hasil dari uji visus ini berupa angka perbandingan yang menggambarkan kemampuan penglihatan pasien yang diuji bila dibandingkan dengan penglihatan orang normal.
            Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Biasanya alat yang dipakai sebagai obyek tes untuk uji visus ini (biasa disebut optotip) adalah berupa kartu besar atau papan yang berisi huruf - huruf atau angka atau gambar/simbol dalam berbagai ukuran (tertentu) yang disusun urut dari yang terbesar di atas, makin kebawah makin kecil. Setiap ukuran huruf diberi kode angka yang dipakai untuk menilai kemampuan penglihatan pasien yang diuji.
Prosedur Mengukur Tajam Penglihatan atau Visus :
*       Definisi : Melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan atau  visus dengan berbagai cara.
*       Tujuan : Untuk mengetahui sebab yang mengakibatkan turunnya  tajam penglihatan
Alat yang diperlukan  :
*       Ruangan ( 5-6 m )
*       Kursi
*       Snellen chart
*       Bingkai coba
*       Oklader
*       Senter
Cara  :
Mulai periksa satu persatu
1.       Penderita duduk 6 m dari kartu pemeriksaan
2.       Kanan diperiksa, kiri ditutup
3.       Kiri diperiksa, kanan ditutup
4.       Mulai dari huruf yang paling besar ke yang kecil sampai penderita tidak bias membaca
5.       Penulisan dengan bilangan pecahan. Cara penulisan visus : visus mata kiri / kanan atau visus okula dextra / visus okula sinistra
Contoh : VOD = 6/30, pasien hanya bisa membaca huruf pada jarak 6 m, yang seharusnya dapat dibaca pada jarak 30 m pada orang normal.
v Apabila tidak bisa membaca huruf terbesar sampai yang paling kecil gunakan hitungan jari yang seharusnya dapat dihitung pada jarak 60 m.
v Setelah dengan hitungan tangan tetap tidak bisa maka menggunakan goyangan tangan atau lambaian tangan.
Contoh : VOD = 1/300, penderita bisa melihat goyangan tangan pada jarak 1 m, yang seharusnya terlihat pada jarak 300 m.
v Goyangan tangan tidak bisa, maka menggunakan lampu senter : VOD = 1/~
v Artinya : penderita pada jarak 1 m hanya bisa membedakan gelap dan terang, sedangkan orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
v Tidak bisa melihat sinar – VOD = LP (-)
Contoh : VOD = 5/60, penderita dapat menghitung jari pada jarak 5 m, yang seharusnya terbaca pada jarak 60 m
v Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) / buta total.
6.   Apabila penderita berkacamata, maka visus dulu tanpa kacamata baru visus dengan kaca mata.
Contoh : VOD = 6/30 ; kacamata = 6/6
7.   Pada pasien yang post op atau bed rest bisa dilakukan pemeriksaan visus dengan tidur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.       Letak bingkai uji coba tepat okuler
2.       Bila tak mampu baca dengan cara : hitung jari, goyangan tangan, atau persepsi.
5.     Penatalaksanaan diet pada pasien katarak dengan riwayat DM adalah :
Intervensi gizi yang meningkatkan gula darah, tekanan darah, dan kadar kolesterol dapat membantu mencegah atau memperlambat kerusakan mata. Terapi diet khusus untuk mencegah kerusakan mata belum ditetapkan. Namun, bukti dari Komplikasi Diabetes dan Uji Coba Pengendalian menyarankan bahwa diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan risiko kerusakan mata.
6.     Prosedur pemeriksaan GDS adalah sebagai berikut :
GDS (Gula Darah Sewaktu) adalah hasil pengukuran yang dilakukan seketika waktu itu tanpa ada puasa.  Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang. Macam- macam pemeriksaan gula darah: Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.       Glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.       Glukosa plasma puasa 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.       Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian  sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) 200 mg/dl.
Indikasi : Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya.
Tujuan :
1.       Untuk mengetahui kadar gula pada pasien.
2.       Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya.
Persiapan Alat :
1.       Glukometer
2.       Kapas Alkohol
3.       Hand scoen
4.       Stik GDA
5.       Lanset
6.       Bengkok
7.       Sketsel
Persiapan Lingkungan : Menjaga privace klien.
Prosedur kerja :
1.       Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
2.       Mencuci tangan.
3.       Memakai handscone
4.       Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5.       Dekatkan alat di samping pasien.
6.       Pastikan alat bisa digunakan.
7.       Pasang sketsel.
8.       Pasang stik GDA pada alat glukometer.
9.       Menusukkan lanset di jari tangan pasien.
10.    Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik   GDA.
11.    Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.
12.    Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.
13.    Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.
14.    Membereskan dan mencuci alat.
15.    Mencuci tangan.
7.     Interprestasi atau makna dari hasil pemeriksaan oleh Opthalmologist adalah :
Refleks Merah adalah pemeriksaan opthalmoskopis yaitu dengan melihat refleks merah didalam manik mata/pupil. Apabila tidak ada katarak maka akan terlihat refleks merah pada pupil yang merupakan refleks retina yang terlihat melalui pupil dan sebaliknya. Sedangkan, Gambaran Opaque adalah gambaran yang tidak tembus pandang.
8.     Kondisi pasien katarak yang dapat dilakukan operasi dan prosedur penatalaksanaan operasi :
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Operasi katarak biasanya disarankan oleh ahli bedah mata ketika penglihatan akibat katarak telah buruk sehingga, tidak bisa dikoreksi dengan kaca mata dan menggangu kegiatan harian.


Prosedur Penatalaksanaan Operasi :
Sebelum melakukan operasi :
1.           Beri tahu informasi tentang rancana tindakan dengan komunikasi  teurapetik.
2.           Atur posisi pasen seuai kebutuhan dengan memperhatikan  kenyamanan privacy klien.
3.           Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
4.           Mencuci tangan
5.           Meletakan alat alat di dekat pasien dengan benar
6.           Memberian salam sebagai pendekatan terapeutik
7.           Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
8.           Menanyakan kesiapan pasien sebelum di lakukan kegiatan
9.           Menjaga privacy
10.       Posisi pasien telentang(supinasi) atau duduk dengan kepala di condongkan ke belakang dan sedikit miring ke samping.
11.       Bila pasien  diduduk  mangkuk dapat di pegang oleh pasien.Bila pasien berbaring letakakkan mangkuk di dekat pasien sehingga dapat menampung cairan dan sekret.
12.       Perawatan berdiri dean pasien.
13.       Bersihkan
14.       Kelopak mata dengan teiti untuk mengangkat debu.
15.       Bilas mata dengan lembut,mengarahkan cairan menjauhi hidung dan kornea
16.       Keringkan pipi dan mata dengan kapas
Langkah operasi katarak  dengan ECCE :
1.           Desiinfeksi dengan betadine
2.           Injeksi  retrobulbar dengan  lidocaine 5 cc
3.           Tekan bola mata dengan honan kurang lebih 15 menit atau hingga bola mata erasa soft saat di palpasi
4.           Epilasi bulu mata  sampai bersih dengan menggunakan gunting epeilasi dan salep chloramphenicol
5.           Irigasi dengan betadine:aquadest = 1:10
6.           Desfinfeksi
7.           Tuyup lapangan operasi dengan menggunakan doek steril
8.           Buka bola mata dengan menggunakan spekulum dan lakukan kembali M.Rektus su superior dengan benar
9.           Buat flap konjungtiva kurang lebih  100 derajat.
10.       Konjungtiva di pisahkan dari kornea kurang lebih 100 derajat
11.       Tarik seluas 100 derajat dengan menggunakan jarum yang di bengkokan.
12.       Dilakukan kapsuotomi anterior
13.       COA di tembus dengan menggunakan blade
14.       Nukleus dikeluarkan dengn teknik presure. Dan kontra presure
15.       COA  di irigasi dengan SIMCOE sampai bersih
16.       Injeksi COA dengan sodim hyaluronat kurang lebih sebnyah 0,1 cc
17.       Inersi  IOL   posterior  chamber
18.       Jahit kornea dengan benang nomor 10,0 sebanyak kurang lebih 5-7 jahitan,simpul di tanam
19.       Irigasi COA  untuk mengelurkan sodium hyaluronat
20.       COA diijeksi udara
21.       Injeksi sun konjuktiva dengan gentamicin dan dexamethason
22.       Berikan salep mata Chloramphenicol
23.       Tutup dengan kasa dan doff
24.       Operasi selesai
Setelah operasi di lakukan :
1.           Melakukan evaluasi tindakan
2.           Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya berpamitan dengan klien
3.           Membereskan alal-alat dan mencuci tangan


9.     Pengkajian dan Analisa Data Dasar pada Tn. B :
Pengkajian
A.       Identitas
*      Nama                           :           Tn. B
*      Usia                             :           65 tahun
*      Jenis Kelamin              :           Laki-Laki
*      Diagnosa Medis           :           Katarak
B.       Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Saat Ini :   Klien mengunjungi Poliklinik mata dengan keluhan mata
penglihatan tampak berkabut, fotophobia, diplopia pada
satu mata, disertai dengan pengeluaran air mata yang
terus menerus. Klien mengeluh tidak bisa membaca dan
hanya melihat secara samar-samar.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Klien mempunyai riwayat DM 7 tahun yang lalu.
C.       Pemeriksaan Fisik
Opthalmologist :  Hilangnya refleks merah dan terlihat gambaran opaque
pada lensa.
D.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan LAB : GDS : 240 mg/dl


Analisa Data Dasar
No.
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
1.
Faktor resiko :
1.      Usia Perkembangan : Usia 65 tahun
2.      Disfungsi sensorik :
*      Klien mengeluh penglihatan tampak berkabut, fotophobia, diplopia pada satu mata disertai pengeluaran air mata yang terus-menerus.
*      Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
3.      Pada pemeriksaan oleh opthalmologist ditemukan hilangnya refleks merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa
Resiko Cidera (00035)
2.
Faktor resiko :
Opthalmologis merencanakan dilakukan perasi dan terdapat luka insisi.
Resiko Infeksi (00004)
3.
Ds :
1.       Klien terganggu dengan matanya dan tidak dapat beraktifitas seperti biasa
2.       Klien hanya melihat samar-samar
3.       Klien juga mengatakan menggunakan kaca mata sejak 12 tahun lalu
Do :
Pada pemeriksaan oleh opthalmologist terlihat gambaran opaque
Hambatan  Mobilitas Fisik (00085)

4.
Ds :
Opthalmologist merencanakan dilakukan operasi setelah gula darah stabil
Do :
Klien bertanya tentang jenis makanan yang terbaik  bagi penyakitnya
Ansietas (00146)


10.  Buatlah penyimpangan KDM dan diagnosa dari kasus Tn. B ?
Penyimpangan KDM :



Diagnosa Keperawatan :
1.       Resiko Cidera (00035) faktor resiko usia perkembangan (fisiologis, psikososial) dan disfungsi sensorik.
2.       Resiko Infeksi (00004) faktor resiko recanan tindakan operasi (luka insisi).
3.       Hambatan mobilitas fisik (00085) b/d gangguan persepsi sensorik (Penurunan ketajaman penglihatan).
4.       Ansietas (00146) b/d perubahan dalam : status kesehatan.
11.  Buatlah rencana ASKEP pada Tn. B ?
No.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.      
Resiko Cidera (00035)
Defenisi : Beresiko mengalami cederah sebagai akibat kondisi lingkungan yang berintraksi dengan sumberadaptif dan sumber defenisif individu
Faktor resiko :
Usia Perkembangan :
Ø Usia 65 tahun
Disfungsi sensorik :
Ø Klien mengeluh penglihatan tampak berkabut, fotophobia, diplopia pada satu mata disertai pengeluaran air mata yang terus-menerus.
Ø Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
Pada pemeriksaan oleh opthalmologist ditemukan hilangnya refleks merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil : Klien mampu :
1.  Menghindari cedera fisik
2.  Mempersiapkan lingkungan yang aman
3.  Mengidentifikasi risiko yang meningkatkan cedera
1.   Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan (defisit sensorik) dan faktor lingkungan



2.   Sediakan alat bantu dan jalan (seperti tongkat dan walker).

3.   Intruksikan istri, anak /orang terdekat klien, untuk segera memangil perawat jika butuh bantuan atau menggunakan alat pemantauan elektronik

4.   Informasikan pada istri, anak /orang terdekatnya  agar tidak melakukan perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan fisik (rumah, penataan furnitur)
5.   Informasikan kepada klien dan keluarga hal-hal yang dapat beresiko /berpotensi menimbulkan cedera bagi klien
1.     Mangidentifikasi faktor resiko cedera untuk membantu meningktkan pengendalian terhadap keamanan pasien
2.     Untuk dimafaatkan dalam meningktkan keamanan
3.     Membantu kelurga mningkatkan pemahaman dalam pengguaan alat sehingga, dapat membantu dalam memelihara keamanan klien
4.     Meningktkan pengendalian terhadap terjadinya resiko cedera.






5.     Klien dan keluarga dapat mengetahui dan menghindari resiko cedera
2.      
Resiko infeksi (00004)
Definisi : Mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik
Faktor Resiko :
Opthalmologis : perencanakaan operasi (Luka insisi)
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam , masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Faktor resiko infeksi akan hilang dibuktikan dengan terbebas dari tanda/gejalah infeksi
1.     Pantau tanda gejala infeksi (penampilan luka)
2.     Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentangan terhadap infeksi (usia lanjut)
3.     Instruksikan untuk menjaga higiene personal
4.     Pertahankan teknik steri jika melakukan tindakan pada pasien
5.     Amati penampilan praktik higiene personal
6.     Kolaborasi : Pemberian terapi antibiotik (bila perlu)
1.     Mendeteksi dini infeksi pada klien yang beresiko
2.     Untuk mencegah terhadap resiko infeks


3.     Melindungi tubuh dari infeksi
4.     Mencegah terjadinya infeksi pada klien

5.     Untuk perlindungan terhadap infeksi
6.     Pengendalian infeksi
3.      
Hambatan mobilitas fisik (00085)
Definisi :
Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
Batasan karakteristik :
Ds :
1.     Klien terganggu dengan matanya dan tidak dapat beraktifitas seperti biasa
2.     Klien hanya melihat samar-samar
3.     Klien juga mengatakan menggunakan kaca mata sejak 12 tahun lalu
Do :
Pada pemeriksaan oleh opthalmologist terlihat gambaran opaque
Faktor yang berhubungan :
Gangguan persepsi sensorik (Penurunan ketajaman penglihatan)
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam , masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.      Klien dapat mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang mengakibatkan hambatan mobilitas fisik
2.      Klien akan memperlihatkan pengguanaan alat bantu secara benar dengan pengawasan
1.     Kaji kebutuhan terhadap alat bantu dalam melakukan aktivitas
2.     Ajarkan dan pantau pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas (tongkat, walker)
3.     Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas




4.     Batasi rangsangan lingkungan (cahaya atau kebisingan)
5.     Kolaborasi : Konsultasi ke Opticion
1.   Mempermudah dalam melakukan aktivitas

2.   Membantu pasien dalm malakukan aktivitas


3.   Untuk mempermudah penyesuaian dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
4.   Memfasilitasi relaksasi



5.   Untuk pemakaian kaca mata
4.      
Ansietas (00146)
Defenisi : perasaan tidak nyaman atau kekwatiran yang samar disertai respons autonom (sumbersering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) , perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik :
Ds :
Opthalmologist merencanakan dilakukan operasi setelah gula darah stabil
Do :
Klien bertanya tentang jenis makanan yang terbaik  bagi penyakitnya
Faktor yang berhubungan :
Perubahan dalam : status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam , masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1.      Skor ansietas berada pada rentang ringan atau tidak ada
2.      Pasien tetap dapat fokus malakukan aktivitas yang dibutuhkan
3.      Pasien dapat mengumkapkan kebutuhan dan perasaan negatif (cemas) secara tepat
1.     Kaji tingkat kecemasan pasien  termasuk reaksi fisik (Skala HARS)
2.     Informasikan kepada pasien/keluarga pasien tentang gejala ansietas




3.     Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini

4.     Dorong pasien untuk menggunkapkan kecemasanya atau hal-hal yang membuat pasien merasa cemas kepada perawat
5.     Sediakan lingkugan yang tenang dan kurangi rangsangan yang berlebihan
6.     Kolaborasi : Pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu
1.     Untuk memudahkan dalam mengatai ansietas
2.     Membantu pasien/keluarga dalam mengatasi dan mencegah terjadinya ansietas yang beruang pada klien
3.     Sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan
4.     Untuk mengurangi ansietas






5.     Mengurangi ansietas (koping)



6.     Menurukan ansietas

12.  Buatlah implementasi dan evaluasi pada Tn. B ?
Hr/Tgl
Dx
Jam
Tindakan
Evaluasi
Selasa/08/04/ 2014
1
08.00




08.20


08.25





1.     Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan (defisit sensorik) dan faktor lingkungan
Hasil : Penurunan ketajaman penglihatan menyebabkan aktivitas Tn. B terganggu
2.     Menyediakan alat bantu dan jalan (seperti tongkat dan walker).
Hasil : Tn. B tidak menggunakan tongkat sebagai alat bantu
3.     Mengintruksikan istri, anak /orang terdekat klien, untuk segera memanggil perawat jika butuh bantuan dengan menggunakan alat pemantauan elektronik
Hasil : Istri, anak /orang terdekat klien mengukuti intruksi dari perawat
4.     Menginformasikan pada istri, anak /orang terdekatnya  agar tidak melakukan perubahan yang tidak diperlukan di lingkungan fisik (rumah, penataan furnitur)
Hasil : Penataan furniture di rumah Tn. B tidak mengalami perubahan
5.     Menginformasikan kepada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dapat beresiko /berpotensi menimbulkan cedera bagi klien
Hasil : Yang menimbulkan cedera :
v Pencahayaan yang berlebihan saat beraktivitas
v Perubahan pada penetaan rumah
S : Klien mengatak penglihatan tampak berkabut, fotophobia, diplopia an, dan pandangannya lebih jelas pada malam hari
O : Klien nampak terganggu dengan matanya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Selasa/08/04/ 2014
2
07.30


07.45



08.20


10.00


10.45


11.00
1.     Memantau tanda gejala infeksi (penampilan luka)
Hasil : Tidak terdapat infeksi dan luka insisi (rencana operasi belum dilakukan) seperti edema, pus.
2.     Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan kerentangan terhadap infeksi (usia lanjut)
Hasil : Usia lanjut (sistem imun klien menurun) dan kebersihan personal (perkembangan bakteri dan virus)
3.     Menginstruksikan untuk menjaga higiene personal
Hasil : Klien selalu menjaga kebersihan diri seperti mandi.
4.     Mempertahankan teknik steri jika melakukan tindakan pada pasien
Hasil : Perawatan pada mata dengan teknik steril (obat tetes mata).
5.     Mengamati penampilan praktik higiene personal
Hasil : Klien terlihat rapi dan bersih.
6.     Kolaborasi : Memberikan terapi antibiotik (bila perlu)
Hasil : Klien tidak mendapat terapi antibiotic.


S : Klien mengatakan air matanya keluar terus-menerus
O : Klien terlihat bersih dan rapi. Tidak nampak luka dan kemerah-merahan pada mata klien.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
Kamis/10/04/ 2014
3
14.20


14.45



15.10







16.00
1.     Mengkaji kebutuhan terhadap alat bantu dalam melakukan aktivitas
Hasil : Klien menggunakan kaca mata dalam melakukan aktivitas
2.     Mengajarkan dan pantau pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas (tongkat, walker)
Hasil : Klien mengerti cara penggunaan walker yang baik dan tepat.
3.     Membantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
Hasil : Klien lebih memilih melakukan aktivitas yang pencahayaannya kurang, seperti membaca buku.
4.     Membatasi rangsangan lingkungan (cahaya atau kebisingan)
Hasil : Pencahayaan pada kamar klien di batasi, khususnya siang hari.
5.     Kolaborasi : Mengkonsultasikan ke Opticion
Hasil : Klien berkonsultasi ke Opticion dengan keluhan penglihatan samar-samar,  tidak dapat beraktivitas seperti biasa, dan telah menggunakan kaca mata sejak 12 tahun lalu
S : Klien mengatakan hanya melihat samar-samar,  tidak dapat beraktivitas seperti biasa, dan klien telah meggunakan kaca mata sejal 12 tahun yang lalu
O : Klien lebih memilih melakukan aktivitas yang kurang menggunakan pencahayaan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1, 3, 4, dan 5
Kamis/10/04/ 2014
4
14.10


14.40




16.00













18.00


1.     Mengkaji tingkat kecemasan pasien  termasuk reaksi fisik (Skala HARS)
Hasil : Klien terlihat gelisah dan banyak bertanya
2.     Menginformasikan kepada pasien/keluarga pasien tentang gejala ansietas
Hasil : Gejalah ansietas seperti kurang/tidak focus, gelisah, menanyakan hal-hal yang sama berulang kali
3.     Membantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini
Hasil : Memberikan pengertian mengenai keadaan mata klien saat ini dan tindakan apa yang harus di lakukan, seperti pemeriksaan visus
4.     Mendorong pasien untuk menggunkapkan kecemasanya atau hal-hal yang membuat pasien merasa cemas kepada perawat
Hasil : Klien sering bertanya mengenai jenis makan yang terbaik bagi penyakitnya.
5.     Menyediakan lingkugan yang nyaman, tenang, dan kurangi rangsangan yang berlebihan
Hasil :  Keadaan kamar klien bersih, rapi, tenang, dan mendapat pencahayaan yang baik.
6.     Kolaborasi : Memberikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu
Hasil : Klien tidak diberi obat penurun ansietas
S : Klien bertanya mengenai jenis makanan yang terbaik bagi penyakitny
O : Klien nampak tenang dan dapat focus pada kondisi saat ini
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi


Step 4 :
Peta Konsep/Mapping


Daftar Pustaka
Herdman, T. Heather. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Ahli Bahasa : Made Sumaryati, Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia : Barrarah Barlid, Monica Ester, Wari Praptiani. Jakarta : EGC, 2012.

Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa : Esty Wahyuningsih ; Editor edisi  Bahasa Indonesia : Dwi Widiarti. Ed. 9. Jakarta : EGC.

Lestari. Kamus Keperawatan. Penerbit : Buana Press



Trithias Anggun A. 2012. “Faktor-Faktor Yang Behubungan Dengan Katarak Degeneratif Di RSUD Budhi Asih Tahun 2011” Skripsi. Sarjana Kesehatan Masyrakat Universitas Indonesia Depok


Laporan Diskusi
Hari/Tanggal   :           Selasa / 08 April 2014
Jam                  :           08.00-09.10
Pembimbing    :           Ns. Alia Andriany, S.Kep, M.Kes
Peserta            :           Kelompok II (10 peserta/Hadir Semua)
Pertemuan      :           Pertama
Kegiatan          :           Tutorial Kasus Katarak Step 1 Sampai 2
Ø  Penjelasan modul dan tata cara penyelesaian modul serta pembagian  kelompok diskusi (ketua, sekertaris 1, sekertaris 2, dan anggota diskusi)
Ø  Diskusi tutorian 1 dipimpin oleh mahasiswa yang dipilih menjadi ketua serta dipilih menjadi sekertaris kelompok, dan difasilitasi oleh tutor.
Ø  Membahas scenario : klarifikasi istilah-istilah sulit, klarifikasi kata-kata kunci (step 1); menentukan masalah utama/problem kunci , membuat pertanyaan (step 2).





Hari/Tanggal   :           Sabtu / 12 April 2014
Jam                  :           09.00-13.00
Pembimbing    :           Ns. Alia Andriany, S.Kep, M.Kes
Peserta            :           Kelompok II (9 peserta/Hendra Supriato Tidak Hadir)
Pertemuan      :           Kedua
Kegiatan          :           Tutorial Kasus Katarak Step 3
Ø  Diskusi tutorial 2 dipimpin oleh mahasiswa yang dipilih menjadi ketua serta dipilih menjadi sekertaris kelompok yang difasilitasi oleh tutor.
Ø  Jawab pertanyaan penting (step 3) : melaporkan informasi hasil analisa dan jawaban dari setiap pertanyaan pada step 2 melalui persentasi (PPT). Dan tutor menambah serta memperjelas jawabab dari setiap mahasiswa.



Hari/Tanggal   :           Selasa / 15 April 2014
Jam                  :           12.00-14.30
Pembimbing    :           Ns. Alia Andriany, S.Kep, M.Kes
Peserta            :           Kelompok II (8 peserta/Fredyrikus Carlokum & Krispinus Daru
Tidak Hadir)
Pertemuan      :           Ketiga
Kegiatan          :           Tutorial Kasus Katarak Step 3 Sampai 7
Ø  Diskusi tutorial 3 dipimpin oleh mahasiswa yang dipilih menjadi ketua serta dipilih menjadi sekertaris kelompok yang difasilitasi oleh tutor.
Ø  Melanjutkan menjawab pertanyaan penting (step 3) dari setiap pertanyaan pada step 2 melalui persentasi (PPT). Dan tutor menambah serta memperjelas jawabab dari setiap mahasiswa.
Ø  Diskusi dilanjutkan dengan buat peta konsep dari masalah yang dibahas pada scenario, serta pertanyaan dan jawaban yang telah dibahas dari step 3 sampai step 7.